Text
PEJUANG MUDA LONGMARCH DIVISI SILIWANGI
Korban banyak berjatuhan dan banjir darah ada di mana-mana. Perang memang membuat susah, tapi tetap diperlukan supaya negara kita tetap dihargai sebagai negara yang merdeka, tidak terus dijajah. Desember 1947 terjadi perundingan di atas kapal Amerika, USS. Renville, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Akhirnya pada tanggal 17 Januari 1948 wakil Indonesia, Amir Syarifudin menandatangani perjanjian salah satunya adalah gencatan senjata dan pasukan dari Jawa Barat dan Malang diharuskan hijrah masuk ke ibukota republik, Jogja. Namun Belanda melanggar perjanjian dan melancarkan Agresi Militer ke-2 membuat pasukan Siliwangi diperintahkan untuk kembali ke Jawa Barat.
Kenanga seorang anak yatim piatu akibat kekejaman penjajah Belanda. Sejak kecil dirinya dirawat oleh paman Rojo yang merupakan salah satu pejuang dari pasukan Siliwangi. Akibat Agresi Militer Belanda yang ke-2, dia pun terpaksa ikut paman Rojo hijrah ke Jawa Barat. Dalam perjalanan Kenanga dan rombongannya mendapat banyak hambatan. Tembak-menembak antara pasukan Siliwangi dan Belanda pun terjadi. Kenanga yang terpisah dengan paman Rojo khawatir dengan keadaan pamannya yang merupakan satu-satunya keluarga yang tersisa. Apakah yang harus dilakukannya?
“Tidak bisa tidak, perang memang tidak baik, tapi aku tidak mau kehilangan orang yang kucintai pergi. Aku yakin semua temanku juga akan melakukan hal yang sama supaya orang-orang yang dicintai senantiasa berada di sisi mereka ...”
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain